Anak Terlibat dalam Geng?
Seorang Ibu bercerita bahwa ketika di SD kelas 1 anaknya pernah merengek minta dibelikan botol minum dengan warna dan motif tertentu. Sang ibu sempat bingung karena botol minum yang dipunya anaknya baik-baik saja, tidak rusak, tidak bocor dan lumayan baru.
Usut punya usut, setelah keinginannya tidak dipenuhi, sang anak sambil menangis bercerita; ia ditolak duduk bersama ketika jam istirahat dengan sekelompok teman yang lain karena si anak punya botol minum dengan warna dan gambar yang berbeda dengan anak-anak di kelompok itu. Inikah yang namanya geng sekolah? Apa benar bisa terjadi pada anak-anak SD yang bahkan di cerita ini baru kelas 1 ?
Memasuki usia SD, anak-anak memang cenderung suka membentuk kelompok atau geng. Menurut Karina Priliani, M. Psi, Psikolog dari Bunda.id, hal ini adalah bagian dari perkembangan anak. Pada usia 6 – 12 tahun, anak-anak mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan di luar keluarga, Bentuk adaptasi mereka adalah dengan mencari teman. Bahkan, anak-anak menganggap lebih nilai pertemanan sehingga tak jarang mereka membuat geng.
Mereka biasanya membuat geng berdasarkan adanya kesamaan dalam bidang tertentu. Misalnya, geng anak-anak dengan nilai bagus, isinya pasti anak-anak yang paling pandai di kelas. Lalu, ada juga geng yang dibentuk berdasarkan kesukaan yang sama, misalnya suka dengan grup musik tertentu. Ada juga geng yang membentuk geng karena rumahnya berdekatan. Bagi anak-anak, membentuk geng bukan sekedar menjalin pertemanan, tetapi juga sebagai kebutuhan. Mereka butuh terus berinteraksi dengan teman-temannya.
Asalkan masih dalam batas wajar, perilaku geng-gengan pada anak SD ini tidak perlu dikhawatirkan. Akan tetapi, apabila geng tersebut sudah mulai eksklusif dan merendahkan teman-temannya di luar geng, inilah yang harus diwaspadai. Apalagi kalau geng tersebut sampai pada perilaku bully-membully, orang tua dan pihak guru harus cepat tanggap.
Bagaimana cara mengatasi perilaku geng yang sudah tak sehat?
Ketika di rumah, setiap orang tua harus membekali pemahaman kepada anak mereka bahwa semua orang posisinya setara. Meskipun ada anak-anak yang lebih pintar, lebih cantik/ganteng, atau dari kalangan keluarga dengan tingkat perekonomian yang bagus, anak tidak boleh memandang rendah teman yang lain. Jika anak-anak sudah belajar tentang nilai menghargai orang lain, mereka akan terhindar dari kelompok pertemanan yang negatif.
Sementara pihak guru juga harus lebih jeli dalam melihat perkembangan anak didiknya di sekolah. Jika bibit-bibit geng negatif sudah mulai terlihat, guru harus cepat bertindak. Beberapa hal yang bisa dilakukan pihak guru adalah merotasi tempat duduk anak-anak atau memberikan tugas berkelompok dengan anggota yang berbeda-beda. Bisa juga dengan aktivitas-aktivitas lain yang dapat mendorong anak untuk lebih positif dalam menyikapi pertemanan.
Peran orangtua dan guru mencegah munculnya geng-geng negatif di sekolah sangat dibutuhkan. Jangan sampai anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan pola pikir dan perilakunya masuk ke dalam lingkaran pertemanan yang membawa dampak negatif untuk pertumbuhannya.
Tag: parenthood, parents, schoolofparenting
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini