Mari Kita Bertanya, “Sudahkah Anak Bahagia?”

03 Maret 2019

Berapa lama kira-kira Anda menghabiskan waktu bersama anak dalam sehari? Jawabannya mungkin beragam, ada yang menghabiskan waktu selama 12 jam sehari karena parents sibuk bekerja, ada juga yang menjawab menghabiskan waktu dengan si kecil lebih dari 15 jam sehari karena Anda adalah Ibu rumah tangga dan hanya berpisah dengan anak saat ia berangkat sekolah. Bahkan, ada juga yang mengaku menghabiskan waktu selama 24 jam penuh, karena anak masih bayi.

Nah, pertanyaan berikutnya adalah apakah anak parents bahagia? Mungkin beberapa diantara parents menjawab “Ya anak-anakku bahagia karena dia bersamaku terus setiap hari”, atau “Tentu saja anakku bahagia”.

Tapi, beberapa Parents lainnya mungkin saja menjawab, “Aku tidak tahu apakah anakku bahagia karena aku sibuk bekerja, dan waktu bersama kami hanya sebentar dalam sehari.”.

Jawaban yang beragam ini sebenarnya wajar Parents, karena Anda tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh anak. Kebanyakan orangtua hanya melihat ciri kebahagiaan melalui hal yang kasat mata, atau melalui ciri fisik. Misalnya anak terlihat masih bisa bermain dan tertawa.

Padahal menurut buku The Scientific Pursuit of Happiness karya Myers dan Dinner (1995), kebahagiaan anak sebenarnya terjadi ketika mereka merasa nyaman, aman, dan diterima di lingkungan sosialnya. Artinya anak akan merasa bahagia jika mereka tidak menunjukkan kecemasan, cenderung terlihat nyaman dengan teman-teman bermain serta tidak merasa takut.

Tapi, terlepas dari apakah anak Parents sudah bahagia atau belum, sebagai orangtua tentunya memiliki keinginan untuk membahagiakan anak-anak dengan cara beragam. Bisa dengan membelikan banyak mainan, dengan mempekerjakan pengasuh agar anak selalu memiliki teman bermain atau dengan cara berada di sampingnya selama seharian penuh.

Sayangnya, tidak semua cara ini sebenarnya berhasil membuat anak bahagia. Anak-anak pada dasarnya tidak butuh banyak mainan agar tidak merasa bosan di rumah, juga tidak terlalu butuh pengasuh untuk mengajaknya bermain, serta mungkin juga tidak butuh kehadiran orangtua dalam seharian penuh.

Anak hanya butuh perhatian yang penuh dan tulus dari Anda, orangtuanya. Jika bisa mengungkapkan dengan baik, anak-anak mungkin akan menukarkan semua mainan mahalnya, atau pengasuhnya dengan perhatian dari Anda.

Kebanyakan dari orangtua di jaman milenial sekarang ini mungkin selalu berada di samping anak. Namun, tidak semua orang tua fokus memberikan perhatiannya pada anak. Beberapa orangtua seringkali sibuk dengan gadgetnya, sedangkan anak dibiarkan bermain sendiri. Akhirnya, bukan hanya rasa “tidak bahagia” yang dirasakan oleh anak, tapi juga “gangguan perkembangan”, seperti speech delay (terlambat berbicara) dan lain sebagainya.

Fenomena sosial ini juga disampaikan oleh psikolog Elizabeth Santosa, M.Psi, Psi, SFP, ACC, dilansir dari Viva. Menurut Elizabeth, banyak dari pasiennya sekarang ini mengalami gangguan, padahal Ibu si pasien adalah Ibu rumah tangga yang memiliki waktu panjang bersama anak-anak. Sayangnya, si Ibu sering sibuk sendiri dan tidak mau terlibat dalam aktivitas anaknya.

Elizabeth menambahkan, banyak orangtua yang terkesan “lupa” melakukan hal penting untuk anaknya, seperti “menatap mata anak”. Menurutnya, dengan menatap mata anak saja, berarti cinta dan perhatian yang ingin Anda sampaikan mudah ditangkap oleh anak. Dengan begitu, anak tentu merasa diperhatikan dan akhirnya merasa bahagia. Namun, banyak dari orangtua sekarang ini hanya menjawab saat anak bertanya atau “ngobrol”, sedangkan mata mereka masih tertuju pada layar smartphone.

Disadari atau tidak kondisi ini tentu pernah Anda alami sebagai orangtua. Mungkin Anda berdalih bahwa, sedang ada pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan. Tapi, bukankah pekerjaan bisa menunggu? Bukankah pekerjaan bisa dikerjakan saat di kantor? Dan, apakah masa kecil anak-anak bisa menunggu? Coba pikirkan kembali hal ini parents.

Kadang, sebagai orangtua kita sering disilaukan oleh banyaknya penghasilan yang didapat jika karir kita bagus. Tapi, apalah arti dari banyaknya penghasilan yang diperoleh, jika anak-anak kemudian tidak merasa bahagia? Bahkan mungkin mengalami “gangguan perkembangan”? Bukankah tujuan semua orangtua bekerja hanya untuk kehidupan anak yang lebih baik dan lebih bahagia?

Untuk itu, marilah berkaca bersama-sama dan bertanya dalam lubuk hati,

“Apakah anakku sudah bahagia?”

“Sudahkah aku memberikan perhatian untuknya hari ini?”

“Berapa kali dia tersenyum dan memelukku hari ini?”

Semua pertanyaan tersebut bisa mengingatkan orangtua untuk terus berbenah diri dan belajar menjadi orangtua yang lebih baik. Serta menjadi orangtua yang bisa membahagiakan anak-anaknya. Meskipun tidak ada orangtua yang sempurna, namun setiap orangtua bisa belajar menjadi sedikit lebih sempurna setiap harinya.

Beberapa cara bisa ditempuh, salah satunya adalah dengan membahagiakan anak melalui banyaknya perhatian dan cinta yang diberikan. Anda juga bisa mengatakan 3 hal pada anak tiap harinya agar anak menjadi lebih bahagia.

Baca juga:

  1. 3 Hal Utama Untuk Dikatakan Pada Anak Setiap Hari
  2. Apakah Tugas Anak Adalah Membahagiakan Orangtua?
Bagaimana Menurut Anda?
+1
1
+1
1
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket