Masih Anak-anak Sudah Bisa Mengancam?

28 Agustus 2018

Apakah Parents pernah mendengar anak mengancam? Misalnya “Pokoknya Nindi nggak mau makan kalau nggak sambil main game!”  atau “aku nggak mau sekolah kalau sepatu ku nggak baru Ma!”

Sepertinya mengancam sudah menjadi cara anak untuk memperoleh sesuatu. Lalu seberapa sering anak mengancam? Apakah setiap anak menginginkan sesuatu selalu diikuti dengan ancaman?

Sebagai orang tua tentunya sedih dan jengkel mendengar anak selalu mengancam. Nessi Purnomo, Psi., Msi seorang psikolog dari Personal Growth menjelaskan bahwa mengancam disebut sebagai cara seseorang untuk memenuhi tujuannya.

Lalu dari manakah si kecil belajar mengancam? Apa yang harus Parents lakukan saat anak mulai mengancam?

Dari Mana Anak Belajar Mengancam?

Mengancam adalah perilaku yang dipelajari anak. Karena anak biasa mempelajari dan cenderung meniru hal-hal yang ada di sekitarnya, maka kebiasaan seperti mengancam juga bisa dipelajari si kecil dari lingkungan terdekat. Misalnya, orang tua, pengasuh, kakek, nenek, kakak bahkan tetangga dan teman-teman.

Nessi menambahkan bahwa perilaku mengancam yang dilakukan seorang anak disebabkan oleh proses modeling atau meniru. Saat anak melihat,mendengar atau bahkan mengalami diancam oleh orang tua, saat itu juga anak berpikir bahwa mengancam itu sah-sah saja.

Perilaku suka mengancam akan berlanjut dan diteruskan si kecil jika usahanya berhasil. Misalnya saat dia mengancam mogok makan kalau tidak dibelikan mainan baru. Saat Parents menuruti dengan membelikan mainan baru. Saat itu lah si kecil merasa menang dan sudah dipastikan akan melakukanya lagi dan lagi.   

Mengapa Anak Mengancam?

Banyak hal yang bisa menyebabkan anak suka mengancam, diantaranya

1. Ingin diperhatikan

Anak memang selalu mencari perhatian atau (seeking attention). Tak jarang anak mendapatkanya dengan cara mengancam. Contoh sederhana saat anak merasa cemburu karena Parents terlalu memperhatikan sang adik. Anak mulai mengancam dan berulah. Hal ini tentunya akan membuat Parents marah. Saat itulah anak tahu ia bisa mendapatkan perhatian dari orangtua.

2. Ingin Diakui atau Merasa Dominan

Saat anak mulai berhubungan sosial dengan orang lain seperti dengan teman-temannya. Kadang anak merasa ingin diakui atau ingin dominan diantara teman-temannya. Saat itu anak berpikir ancaman adalah cara yang bisa digunakan untuk diakui oleh teman-temannya.

3. Merasa Tidak Berdaya

Ancaman bisa dilakukan anak saat merasa tidak berdaya. Misalnya, saat anak diganggu oleh kakak atau temannya. Anak mulai mengancam dengan “Awas ya kalau deket-deket, aku bilangin sama Bu Guru!” Hal ini dilakukan karena anak merasa tidak punya kekuatan yang sebanding dengan anak lain.

Apa Yang Harus Parents Lakukan?

 

1. Tenang

 

Bersikap tenang adalah langkah awal saat orangtua diancam si kecil. Sebaiknya orangtua tidak menunjukkan ekspresi takut atau marah yang berlebihan. Karena ini akan memicu respon si kecil.

Biasanya anak mulai merasa menang jika orangtua mulai panik saat diancam. Ingat bukan anak yang mengendalikan tapi Parents lah yang harus mengendalikan situasi.

2. Beri Perhatian

Saat anak mengancam, sebaiknya Parents mulai memperhatikannya. Mungkin saja ancaman yang dilakukannya karena dia sedang mencari perhatian (seeking attention). Tanyakan padanya apa yang dia inginkan. Cobalah untuk mendengarkan si kecil dan tenangkan dia.

3. Buat Kesepakatan

Parents bisa mengatasi anak dengan membuat kesepakatan bersama. Cara nya adalah dengan berdiskusi. Alih-alih membiarkan anak mengancam, ajak anak berdiskusi.

Tujuan membuat kesepakatan adalah agar pola-pola ancaman bisa diubah menjadi sesuatu yang lebih positif, yaitu diskusi. Hal-hal seperti inilah yang perlu diajarkan pada anak sejak dini.

Kesepakatan dengan si kecil bisa Parents lakukan misalnya, saat anak minta sepatu baru. Parents bisa tanyakan, “Apakah sepatu yang lama sudah rusak atau kesempitan? Kalau memang sudah rusak boleh beli, kalau belum,belinya kita tunggu ulang tahun kamu ya , Nak? ”

Diskusi dan kesepakatan seperti ini bisa menghentikan anak dari kebiasaan mengancam, apalagi jika sebenarnya ia mengancam hanya untuk mendapat perhatian kita.

4. Tepati Janji

Nah, kalau Parents sudah menjanjikan anak sesuatu sebaiknya ditepati ya. Tidak ada salahnya membelikan sepatu baru kalau sudah dijanjikan saat ulang tahun,misalnya. Tapi jika saat itu Parents berhalangan membelikan sepatu karena suatu alasan, semisal karena capek pulang kerja.

Parents harus jujur pada anak dan buat kesepakatan baru. Contoh, “Maaf ya dek, hari ini Mama belum bisa beli sepatunya. Kita belinya hari Sabtu nanti ya, hari ini Mama capek pulang kerja.” Hal ini membantu anak untuk tetap mempercayai orangtua dan merasa tidak kecewa.

Anak-anak memang kadang mengancam orang tua untuk mendapatkan sesuatu. Tugas dari orang tua lah untuk mendidik anak agar mengancam tidak jadi kebiasaan dan mulai mengendalikan orang tua.

Parents pun bisa mencegah ancaman anak dengan langkah di atas. Hindarkan anak dari hobi mengancam. Latih anak untuk berdiskusi dan membicarakan kemauannya dengan cara yang positif.

Baca Juga:
  1. Anak Berbuat Salah, Apa yang Harus Parents Lakukan?
  2. Cara Menyelamatkan Anak dari Pengaruh Buruk Lingkungan
Bagaimana Menurut Anda?
+1
2
+1
1
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket