Cara Menyelamatkan Anak dari Pengaruh Buruk Lingkungan

18 Agustus 2018

Pertanyaan:

Halo SOP, saya mau bertanya, bagaimana membatasi anak (usia 3 tahun) dari pengaruh negatif sepupunya? Pertanyaan ke-2, anak saya ketika dimarahi langsung lari ke Ibu saya karena tahu akan dibela. Sementara ibu saya ngotot agar saya tidak memarahi anak. Ibu saya mengatakan hal itu di depan anak, jadi ia tahu ke mana harus berlindung. Saya sebagai ibunya harus bersikap bagaimana?

Jawaban Ahli:

Halo Parents,

Pada usia toddler (1-3 tahun), anak-anak memasuki masa dimana mereka ingin menunjukkan eksistesi dirinya, yaitu mereka memiliki pemikiran, perasaan, dan keinginan yang berdeda dari orang lain. Pada usia ini, anak juga masih sangat  bersikap egosentris. Mereka ingin mencoba banyak hal baik yang kita anggap aman maupun yang berbahaya, dan toleransinya terhadap frustrasi atau kegagalan masih sangat rendah. Oleh sebab itu, pada usia ini, masih sangat wajar apabila perilaku temper tantrum (memukul, menangis, melempar barang, dll) muncul dalam durasi dan intensitas yang masih dapat ditoleransi.

Modeling (meniru) merupakan salah satu proses belajar bagi anak, namun respon orangtua  terhadap perilaku tersebut juga menentukan apakah perilaku tersebut akan bertahan ataupun menghilang. Oleh sebab itu, dalam kasus ini, yang dapat ibu lakukan adalah merespon perilaku yang ditampilkan anak ibu secara tepat dan konsisten.

Hal yang perlu diingat adalah segala perilaku yang dilakukan anak adalah media anak untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, dan perasaannya. Oleh sebab itu, saat anak menampilkan suatu perilaku yang tidak diharapkan ibu perlu menganalisis tujuan anak melakukan perilaku tersebut, apakah karena menyampaikan kebutuhan, ataukah frustrasi, atau alasan lainnya. Dengan demikian, ibu dapat merespon dengan bijaksana. Berikut beberapa contoh respon yang dapat dilakukan ibu:

  • Apabila perilaku temper tantrum mucul karena anak frustrasi, ibu perlu tanggap membantu anak dalam mencari solusi terhadap masalahnya.
  • Apabila perilaku muncul untuk memaksakan kehendak, ibu sebaiknya tetap tenang, dan konsisten terhadap aturan dan konsekuensi. Apabila anak masih marah, menangis dan berteriak, ibu dapat berdiam di sampingnya dengan jarak yang masih nyaman, tunggu sampai anak lebih tenang. Dengarkan keinginan anak saat anak tidak lagi menangis ataupun marah, namun tetap jelaskan mengapa ibu tidak dapat mengabulkannya.
  • Apabila perilaku dilakukan untuk mencari perhatian, ibu sebaiknya mengabaikan perilaku tersebut selama perilaku tersebut tidak berbahaya, dan fokus memberikan apresiasi terhadap perilaku positif/ yang diharapkan.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah munculnya perilaku negatif/ tidak diharapkan antara lain:

  • Orang tua dapat meningkatkan kualitas interaksi dengan anak secara aktif melalui bermain dengan anak, bukan hanya menunggui anak ketika bermain, namun benar-benar terlibat dalam permainan anak.
  • Menentukan batasan/ aturan yang konkrit dan jelas (buat kesepakatan bersama).
  • Fokus terhadap perilaku yang positif/ yang diharapkan.
  • Berikan ekspektasi yang masuk akal/ sesuai dengan usia anak.

Selain itu, konsisensi dalam menerapkan aturan dan konsekuensi terhadap anak menjadi masalah yang umum terjadi antara ayah dan ibu, dan terlebih apabila dalam satu rumah terdapat figur otoritas selain orangtua (nenek, om, paman, tante,dll). Dalam hal ini yang dapat dilakukan oleh ibu adalah berbicara hati ke hati dengan nenek (tidak dihadapan anak), untuk mendiskusikan harapan nenek dan harapan ibu mengenai pengasuhan.

Contohnya saat anak melakukan perilaku yang tidak diharapkan, apa saja yang dapat ibu lakukan yang masih sesuai dengan harapan nenek. Dengan demikian, ibu dapat memahami apakah nenek tidak setuju dengan intonasi atau cara memarahi, ataukah tidak sepaham mengenai perilaku-perilaku yang perlu ditegur atau tidak. Selain itu, perlu disepakati untuk tidak menegur ibu di depan anak ketika sedang proses mendisiplinkan anak. Ibu dapat menyampaikan bahwa nenek boleh menegur atau memberi masukan pada ibu, namun tidak di depan anak.

Paskalia Marlina Lumban Batu, M. Psi

Founder & Child Psychologist

Lembaga Psikologi Adamar

Baca Juga:
  1. Usia Ideal Anak Masuk TK
  2. Memilih Sekolah untuk Anak Berkebutuhan Khusus
  3. Menjadi Single Parent Tidak Selalu Buruk
Bagaimana Menurut Anda?
+1
0
+1
0
+1
0

Tag:

Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket