Mengatakan “Saya minta maaf” tidak pernah mudah, dan mengatakan saya minta maaf kepada anak kita mungkin akan lebih sulit. Terlebih bagi orang tua yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak terbiasa meminta maaf kepada anak.
Memang ada pandangan dari generasi terdahulu, khususnya dalam kultur Asia, meminta maaf kepada anak dianggap justru akan membuat anak “manja” dan “nglunjak”. Bahkan, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa permintaan maaf akan mengurangi rasa hormat anak kepada kita.
Tetapi, kenyataannya justru sebaliknya. Bukankah kita lebih menghargai orang lain ketika mereka berani mengakui kesalahan dan mencoba untuk memperbaiki keadaan?
Kebanyakan orang tua ragu ketika akan meminta maaf kepada anak, mereka merasa “gagal” memberikan contoh sebagai orang tua yang sempurna bagi anak-anaknya. Perasaan malu juga kerap menghinggapi orang tua ketika harus meminta maaf akhirnya banyak orang tua enggan melakukannya.
Namun, ingatlah, anak -anak belajar bagaimana memaafkan dan meminta maaf dari orang tuanya. Jadi ketika Parents meminta maaf kepada anak, itu tidak hanya dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukan, tetapi juga mengajarkan mereka tentang arti meminta maaf dan memaafkan.
Jadi, apa yang dipelajari seorang anak ketika orangtua menghindari meminta maaf ?
- Meminta maaf berarti kamu telah melakukan sesuatu yang buruk, atau kamu pribadi yang buruk. Ada perasaan malu yang melekat.
- Tidak masalah melakukan kesalahan, merusak sesuatu dan tidak mengakui maupun mencoba memperbaikinya.
- Ketika meminta maaf, orang tua kehilangan status.
- Meminta maaf adalah sesuatu yang tidak perlu dilakukan kecuali dipaksa melakukannya.
Nah, jika sudah melihat sisi negatifnya, tidakkah meminta maaf kepada anak memang seharusnya kita lakukan saat berbuat kekeliruan?
Apakah Parents masih mencari-cari cara yang tepat untuk meminta maaf kepada anak? Beberapa langkah berikut ini bisa kita coba, sebagai orang tua.
- Buat Permintaan Maaf tanpa Syarat
Permintaan maaf tanpa syarat berfokus pada tanggung jawab kita sebagai pihak yang bersalah dan bukan sebagai pengalihan tanggung jawab kepada anak. Permintaan maaf yang tulus bisa seperti, “Mama salah sudah membentak kamu. Mama menyesal dan mama minta maaf..” Titik.
Sebaiknya hindari kalimat seperti, “Mama minta maaf karena membentak kamu, TAPI ITU TAK AKAN TERJADI KALAU …”. Nah, kalimat seperti itu BUKAN permintaan maaf yang tulus. Berusahalah mengakui kesalahan Parents tanpa mengungkit-ungkit sesuatu yang dilakukan anak yang bisa jadi pemicunya.
2.Minta Maaf dengan Rendah Hati
Sekali lagi, karena “maaf” tidak diberikan begitu saja, kita harus memintanya. Setelah mengatakan maaf dengan tulus kepada anak, kita bisa bertanya dengan lembut apakah ia mau memaafkan.
- Tunjukkan dengan Tindakan
Inilah yang membuat meminta maaf lebih efektif. Kita bisa saja meminta maaf berkali-kali , namun jika kita terus melakukan kesalahan yang sama berulang kali, permintaan maaf kita tidak akan lagi didengarkan. Maka dari itu, berusahalah tidak mengulangi kekeliruan yang kita buat. Ini juga adalah pesan bagi anak, bahwa meminta maaf berarti tidak mengulang kesalahan yang sama.
- Beri Waktu bagi Anak Anda
Bahkan jika anak kita benar-benar menerima permintaan maaf kita dan memaafkan, kita tidak dapat mengharapkan segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan segera.
Anak mungkin cepat melupakan hal-hal kecil (terutama jika dia anak kecil), tetapi untuk hal yang lebih besar (dan anak-anak yang lebih besar), mungkin perlu waktu bagi anak kita untuk memulai lagi. Sabar. Waktu akan menunjukkan bahwa Parents berubah dan tulus untuk tidak menyakiti hatinya lagi.
- Maafkanlah Diri Sendiri
Selain meminta maaf kepada anak, anda juga harus dapat memaafkan diri sendiri. Ini adalah kunci untuk memulai kembali komunikasi yang positif dengan anak anda. Juga jangan selalu terbebani dengan kekeliruan yang sudah Parents lakukan.
Ingat, Parents adalah role model bagi anak. Terlalu terbawa emosi dan tidak bisa memaafkan diri sendiri malah akan memberi anak gambaran yang negatif.
Semua orang tua bisa berbuat kekeliruan dan merusak komunikasi dan hubungan positif yang sudah terbangun dengan anak. Alih-alih,fokus pada kesalahan yang sudah dibuat dan mencari siapa yang bersalah, fokuslah untuk memperbaiki keadaan dengan anak Anda.
Dibutuhkan keberanian untuk mengakui bahwa orang tua juga bisa salah, dan meminta maaf dari anak. Itu membuat Anda menjadi orang tua yang lebih baik, dan membesarkan anak-anak yang lebih sehat, yang menghargai hubungan dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Bukankah sudah saatnya kita membuang warisan rasa malu dan takut yang melekat pada permintaan maaf?
Baca Juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini