PR Anak Sekolah: Masih Jaman Nggak Sih?

07 Februari 2020

Orang tua milenial sering memperdebatkan apakah PR benar-benar bermanfaat bagi anak-anak atau malah sebaliknya. Tak jarang anak-anak mengeluhkan banyaknya PR yang mereka dapat di sekolah, begitupun para orang tua. Bagi orangtua generasi sekarang,  menemani anak mengerjakan PR mungkin menjadi pekerjaan paling berat, terutama jika orangtua sibuk ditambah anak yang malas mengerjakan PR. Lembar kerja yang harusnya bisa selesai dikerjakan satu jam di sekolah bisa jadi tiga jam jika dikerjakan di rumah. Hal ini jelas membuat para orangtua makin stress.

Lalu beberapa sekolah pun membuat kebijakan untuk tidak memberikan PR kepada murid-muridnya. Terutama sekolah-sekolah yang memberlakukan sistem full day school. Anak-anak sudah berada di sekolah hingga pukul 16.00. Jika mereka masih diberikan PR, itu berarti waktu mereka akan habis hanya untuk belajar pelajaran sekolah.

Untuk anak-anak prasekolah atau TK, pemberian PR juga dianggap tidak efektif. Pada usia ini, anak-anak justru lebih bisa belajar dengan cara bermain atau bersosialisasi. Memberikan PR (semacam menulis dan berhitung) untuk anak-anak prasekolah berarti menghilangkan sebagian besar waktu bermain mereka. Hal ini bisa jelas sangat tidak efektif dan berakibat mereka bosan belajar hingga mogok sekolah.

Setidaknya, ada beberapa efek buruk yang dirasakan oleh siswa dan orang tua akibat terlalu banyak beban PR yang diberikan oleh sekolah. Berikut ini adalah sisi negatifnya.

  1. Kehilangan Waktu untuk Bermain

Bagaimanapun, anak-anak masih membutuhkan waktu untuk bermain bersama teman-teman mereka. Tidak hanya untuk anak usia pra sekolah atau TK,anak SD pun sebenarnya masih suka bermain. Terlalu banyak PR membuat mereka tidak punya waktu untuk diri mereka sendiri. Padahal, sebagaimana orang dewasa yang membutuhkan ‘me time’, anak-anak juga membutuhkan waktu seperti ini.

  1. Mengganggu Waktu Bersama Keluarga

Ketika di rumah, waktu anak-anak harusnya menjadi milik keluarga, terutama orang tua mereka. Terlalu banyak PR bisa mempengaruhi hubungan keluarga. Bahkan, adanya PR juga bisa memicu munculnya konflik. Orangtua selalu memaksa anak untuk mengerjakan PR terlebih dahulu. Di sisi lain, anak-anak mungkin masih ingin bermain.

Lebih dari itu, orangtua seringkali menuntut anak untuk sempurna dalam mengerjakan PR. Obsesi orangtua yang menginginkan anak unggul dalam banyak bidang membuat mereka terus menekan anak agar sempurna dalam mengerjakan PR.

  1. Menyebabkan Masalah Fisik

Pekerjaan rumah yang terlalu berlebihan sangat mungkin menyebabkan kelelahan. Tak hanya kelelahan secara fisik, anak-anak juga rentan stress hingga depresi karena terlalu banyak PR. Kondisi fisik dan mental yang lelah membuat anak-anak lebih rentan terserang penyakit.p

Meski begitu, orangtua yang mendukung adanya PR juga tak kalah banyak jumlahnya. Adanya PR mendorong anak untuk terus belajar ketika di rumah. Orangtua juga bisa menemani mereka untuk mengerjakan PR. Adanya PR juga mendorong anak untuk belajar disiplin dan bertanggung jawab atas peran mereka sebagai pelajar.

Pada dasarnya, PR memang tidak sepenuhnya buruk. Berikut ini adalah sisi positif adanya pekerjaan rumah:

  1. Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri mereka.
  2. Mengulas kembali materi yang sudah diberikan di sekolah.
  3. Membiasakan diri untuk belajar meski sedang tidak di sekolah.
  4. Membangun kedekatan orangtua dan anak,hingga orangtua tidak ketinggalan perkembangan pelajaran anaknya di sekolah dan bisa selalu mensupport anak.

apakah PR masih penting?

Jadi seperti apa PR yang ideal?

PR yang ideal diberikan dalam porsi yang sesuai, artinya tidak terlalu banyak dengan tingkat kesulitan yang standar. Untuk anak-anak pra-sekolah tujuan PR juga seharusnya bukan lagi untuk mengejar kemampuan akademis tetapi lebih untuk mendekatkan dan mengembangkan dukungan orangtua pada anak.

PR tidak selalu harus melulu menulis atau mengerjakan banyak soal-soal. PR bisa berupa pengamatan atau percobaan. Bisa juga kegiatan yang sifatnya sosial seperti menjenguk teman sakit,ikut kerja bakti di lingkungan seperti yang pernah diusulkan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Demikian adalah ulasan sisi positif dan negatif PR yang diberikan oleh sekolah. Meski selalu menimbulkan pro dan kontra,sebenarnya ada banyak cara untuk menjadikan PR bukan lagi sebuah momok bagi anak-anak dan orangtua.

Baca Juga:

  1. 10 Cara Dorong Anak Rajin Mengerjakan PR
  2. Stres Sebelum Ujian? Yuk Bantu Anak Persiapkan Diri Hadapi Ujian
Bagaimana Menurut Anda?
+1
0
+1
1
+1
0

Tag:

Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket