Sabtu pagi, seperti biasa, saya mengantar anak-anak pergi ke sekolah. Tak hanya mengantar, di sabtu pagi biasanya saya menunggu anak-anak hingga waktu pulang sekolahnya tiba.
Ya, semua ini saya lakukan karena hanya di hari sabtu dan minggu, saya libur dan inilah kesempatan saya memiliki quality time bersama anak-anak.
Quality time ini tidak saya sia-siakan begitu saja, sehingga banyak sekali aktivitas bersama anak-anak yang sudah saya persiapkan dan saya rancang jauh-jauh hari.
Setiap aktivitas bersama anak pun saya lakukan dengan senang hati, tanpa melibatkan smartphone yang selalu menemani saya tiap harinya. Tak terhitung lagi berapa banyak panggilan tak terjawab, email bahkan pesan text dari rekan kerja yang seringkali muncul di layar smartphone, namun sama sekali tidak saya gubris. Semua ini hanya karena saya berkomitmen pada diri sendiri bahwa, hari sabtu dan minggu adalah hari bersama anak-anak.
Mungkin bisa dihitung hanya berapa kali saja saya menanggapi pesan atau panggilan dari rekan kerja. Itupun saya lakukan saat anak-anak sedang asyik bermain sendiri atau saat mereka sedang bercanda bersama satu sama lain. Selebihnya, saya benar-benar fokus memberikan waktu berkualitas untuk anak-anak di hari Sabtu dan Minggu.
—————————————————————————————————————————————————————————————————————–
Penggalan kisah di atas seharusnya menjadi salah satu gambaran orangtua masa kini, di mana orangtua berusaha memberikan waktu yang berkualitas untuk anak-anaknya. Sayangnya, tidak banyak orangtua yang mampu memberikan waktu berkualitasnya bersama anak-anak saat hari libur. Alasannya klasik, karena ada urusan pekerjaan.
Tapi, bukankah pekerjaan bisa menunggu? Bukankah pekerjaan punya waktu untuk diselesaikan dari hari Senin hingga hari Jumat? Dan, bukankah anak-anak seharusnya memiliki hak untuk lebih banyak bersama dengan orangtua dibandingkan bersama dengan pengasuh? Mari kita renungkan ini baik-baik.
Mana yang Lebih Baik, Quality Time atau Quantity Time?
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan orangtua bahkan masih sibuk dengan urusan lain saat bersama dengan anak-anak.
Fakta ini diperkuat oleh sebuah penelitian yang terbit pada jurnal medis “Pediatric”. Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim dari Boston Medical Center tersebut, kebanyakan orangtua yang menggunakan smartphone pada saat makan bersama dengan anak-anak di restoran berbicara lebih sedikit dengan anak-anak, dibandingkan orangtua yang tidak menggunakan smartphone mereka. Data menunjukkan bahwa sepertiga orangtua dari keseluruhan yang diobservasi bahkan menggunakan smartphone selama aktivitas makan bersama tersebut.
Fakta di atas adalah kabar buruk bagi orang tua. Pasalanya, para ahli berpendapat bahwa salah satu tolok ukur perkembangan intelektual seorang anak terletak pada jumlah percakapan dengan kedua orangtua mereka.
Hal ini disampaikan oleh psikolog Betty Hart dan Todd Risley melalui penelitiannya mengenai jumlah skor IQ anak-anak. Dalam penelitiannya tersebut, Hart dan Risley menemukan 3 temuan utama, yaitu:
- Tingginya skor IQ dan kemampuan bahasa anak-anak berbanding lurus dengan banyaknya percakapan orangtua bersama dengan anak-anak.
- Keberhasilan akademis anak-anak usia 9 dan 10 tahun dipicu oleh jumlah percakapan yang dilakukan anak-anak bersama dengan orangtuanya sejak lahir hingga usia 3 tahun.
- Orangtua dari anak-anak yang memiliki kemampuan lebih (dalam hal bahasa dan skor IQ) lebih banyak berbicara pada anak-anak dibandingkan orangtua dari anak-anak yang memiliki kemampuan kurang.
Dari hasil penelitian yang dipaparkan oleh Hart dan Risley, kita semua tahu bahwa berbicara atau sekedar mengobrol bersama anak sangatlah penting. Melalui percakapan atau perbincangan bersama dengan anak-anak, secara tidak langsung, orangtua telah meningkatkan kemampuan berbahasa dan level IQ anak-anak.
Jadi, jika ditanya, mana yang lebih baik, quality time atau quantity time? Maka jawabannya sudah jelas, quality time bersama dengan anak-anak adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan anak-anak.
Anak-anak bukan hanya butuh kehadiran fisik Anda, tapi lebih daripada itu, mereka butuh kehadiran Anda seutuhnya.
Anak-anak butuh, waktu untuk bercakap-cakap dengan Anda dan bukannya melihat Anda yang sibuk bermain smartphone.
Anak-anak juga butuh waktu Anda untuk bermain bersama, dan bukan hanya melihat Anda sibuk bermain game di smartphone.
Apa Sih Pentingnya Berbicara dengan Anak?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hart dan Risley, sudah jelas bahwa dengan meningkatkan interaksi berbicara bersama anak-anak sejak dini, maka jumlah kosa kata yang dikuasai oleh anak juga meningkat. Peningkatan tersebut sangat mungkin berpengaruh pada tingginya skor IQ dan kesuksesan akademik anak-anak di tahun-tahun berikutnya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa, semakin sedikit interaksi orangtua bersama dengan anak-anak maka semakin banyak pula permasalahan perkembangan intelektual yang akan dialami oleh anak nantinya. Atas dasar inilah, seharusnya orangtua menyadari bahwa “berbicara” dengan anak sama pentingnya dengan ikatan emosional yang selama ini dibangun oleh orangtua.
Namun,tentu saja tidak hanya asal berbicara dengan anak. Interaksi “berbicara” dengan anak-anak seharusnya dilakukan dengan penuh perhatian. Artinya, Anda tidak bisa berbicara dengan anak tapi sambil asik chatting dengan teman.
Usahakan untuk memandang wajah atau mata anak tiap kali Anda berbicara dengannya. Tatapan mata Anda inilah yang mengisyaratkan bahwa Anda sedang memperhatikan anak-anak.
Baca juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini