“Ya ampun, Nak, jangan makan upil dong, itu kotor banget!”
“Ayo, kalau habis pipis harus di….?”
Berapa banyak orang tua yang jengkel menghadapi kebiasaan-kebiasaan anak yang dianggap jorok dan berefek buruk bagi kesehatannya sendiri ? Ya, kebiasaan anak-anak seperti mengupil, menolak gosok gigi, menggigit kuku, ataupun beberapa kebiasaan buruk lainnya memang khas anak-anak. Namun bukan berarti bisa dibiarkan, karena nyatanya ada efek samping bagi kesehatan anak.
Memang, melatih anak usia dini untuk menjaga kebersihan, bisa jadi tantangan tersendiri, namun ini hal penting yang tidak layak ditunda-tunda. “Ada beberapa masalah di sini dan salah satunya adalah penularan penyakit,” kata Dr. Michelle Ponti, seorang dokter anak di London, Ontario- Kanada. “Jadi risikonya adalah untuk anak-anak itu sendiri dan juga risiko bagi orang-orang di sekitar mereka”
Nah, bagaimana langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut? Berikut kami bagikan tipsnya.
#1 Kebiasaan mengupil
Virus flu biasa tinggal dalam hidung dan menyebar terutama melalui kontak hidung-jari, tetapi penelitian terbaru menemukan bahwa bakteri yang lebih serius seperti bakteri Staphylococcus, yang dapat menyebabkan infeksi kulit juga dapat tinggal jauh di dalam hidung.
Bagaimana memperbaikinya?
Hindari mempermalukan anak, karena itu malah akan membuatnya melakukan secara diam-diam. Jika ini sudah menjadi kebiasaan, maka bukan tidak mungkin anak melakukannya secara “otomatis”. Atau kemungkinan lain, anak tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan setelah mengupil.
Langkah terbaik yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah, waspada dan konsisten saat mengajarkan. Saat anak mulai terlihat mengupil, berikan ia tisu dan minta ia mencuci tangan setelahnya. Berikan juga pemahaman pada anak bahwa lubang hidung adalah organ yang membantu kita menyaring kotoran, dan bukankah kotoran yang didapat dari hidung harusnya dibuang ?
#2 Kebiasaan Menolak Gosok Gigi
Jika anak jarang menyikat gigi atau tidak melakukannya dengan baik, maka plak akan menempel dan menjadi tempat bersarang bakteri. Penumpukan plak dapat menyebabkan gigi berlubang dan radang gusi.
Bagaimana memperbaikinya?
“Kebiasaan bersih dimulai dengan pemodelan oleh orang tua,” kata Penny Morka, konsultan anak usia dini, seperti dilansir dari parentscanada.com.
Jadi mengajarkan anak menyikat gigi dengan benar mungkin dimulai dengan menyikat gigi bersama. Dengan begitu Anda dapat mengontrol berapa lama ia menyikat gigi (2 menit per sesi). Menonton video tentang cara menyikat gigi dengan baik atau membacakan buku tentang manfaat menyikat gigi juga langkah yang baik untuk internalisasi manfaat menyikat gigi. Untuk anak-anak usia dini, sikat gigi yang berwarna dengan hiasan atau gambar karakter kesukaan akan membuatnya lebih tertarik untuk menyikat gigi.
#3 Kebiasaan Menyeka yang Tidak Benar Setelah Pipis / BAB
Setiap kali kotoran tertinggal, dapat mengandung virus dan bakteri termasuk rotavirus, norovirus, salmonella dan lain-lain. Menyentuh kotoran membuat anak-anak terpapar berbagai penyakit mulai dari flu dan flu perut hingga penyakit tangan, kaki, dan mulut.
Bagaimana memperbaikinya?
Apakah Anda menemukan bekas cebok yang tidak tepat setelah buang air kecil atau buang air besar di pakaian dalam anak Anda?
Pertama, mulailah dengan dasar-dasar: ingatkan anak Anda untuk menyeka dari depan ke belakang. Terus ingatkan mereka tentang hal ini dan perhatikan juga berapa banyak air yang mereka gunakan dan bagaimana cara mereka melakukannya. Penting bahwa seiring bertambahnya usia anak Anda untuk menggerakkan mereka menuju kemandirian dalam kebiasaan kebersihan ini, terutama saat mereka sudah masuk usia sekolah.
Terbiasa membantu anak cebok setelah BAK atau BAB akan membuat mereka mengalami kesulitan nantinya di sekolah. Latihan ini mungkin akan memakan cukup banyak waktu, tetapi bersabarlah dan jangan selalu berusaha untuk cepat-cepat membantu mereka. Yang tak kalah penting, jangan lupa untuk meminta mereka menyiram toilet setelah digunakan. Ini adalah hal sepele, tapi anak-anak kerap melupakannya dan akan menjadi sebuah kebiasaan buruk yang merugikan.
#4 Kebiasaan Bersin atau batuk tidak ditutup
Anak-anak mungkin tidak menyadari bahwa ketika mereka bersin atau batuk tanpa menutup hidup dan mulut itu dapat menyebarkan virus dan bakteri, termasuk COVID-19. Bakteri lain yang dapat menyebar termasuk pertusis dan bahkan beberapa keluarga virus herpes.
Bagaimana cara memperbaikinya?
Penting untuk mengajarkan anak bahwa mereka perlu untuk menutup hidung dengan tangan atau lengan. Ajarkan juga agar mereka mencuci tangan segera setelah menutup ketika bersin atau batuk. Karena jika tidak dicuci itu hanya memindahkan kuman dan virus. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan penggunaan masker saat keluar rumah ketika anak batuk atau pilek.
#5 Kebiasaan Enggan Cuci Kaki
Apakah Parents mengalami, anak-anak kerap naik ke atas tempat tidur atau bahkan langsung tidur tanpa mencuci kaki setelah pulang sekolah? Atau yang mandi dengan cepat tanpa memberi perhatian untuk menyabuni telapak kaki?
Padahal kaki yang kotor selain membawa bakteri , juga akan menjadi tempat timbulnya jamur kaki dan masalah umum seperti bau kaki.
Bagaimana memperbaikinya?
Ketika anak Anda sudah cukup besar untuk merawat kakinya, ajari mereka tips dasar berikut:
Cuci kaki mereka setidaknya 2 kali sehari. Untuk membilas kaki, ajari mereka menggosok kaki dengan sabun di sela-sela jari kaki, telapak kaki, dan di bawah kuku kaki. Selalu ajari mereka untuk menyeka kaki mereka dengan kain lap atau handuk bersih. Kemudian, oleskan pelembab yang baik untuk menjaga kaki mereka terhidrasi.
Menjaga kebersihan kaus kaki dan sepatu juga penting. Pilih kaus kaki dengan bahan yang menyerap keringat, juga ingatkan untuk mencuci kaos kaki segera setelah dipakai. Pilihkan sepatu yang nyaman, agar kaki anak tetap dapat “bernafas” sekalipun aktivitasnya banyak.
#6 Kebiasaan Mengigiti kuku
Kebiasaan menggigit kuku dianggap wajar pada anak-anak, tetapi sebaiknya jika anak Anda punya kebiasaan ini, segera hentikan. Menggigit kuku dapat mentransfer bakteri ke mulut mereka, yang akan masuk ke saluran pencernaan anak yang menyebabkan banyak masalah kesehatan.
Bagaimana memperbaikinya ?
Cobalah langkah-langkah berikut untuk menghentikan kebiasaan buruk anak menggigit kuku:
- Untuk anak yang lebih kecil, Anda harus memotong kuku mereka setiap minggu. Menjaga kuku tetap pendek adalah cara yang bagus untuk meminimalkan jumlah kuman di bawah kuku.
- Cari pengganti. Carilah sesuatu yang lebih sehat yang mungkin bisa dimasukkan anak Anda ke dalam mulutnya sebagai ganti kuku.
- Berikan anak Anda hal lain untuk fokus. Temukan sesuatu yang akan membuat jari anak Anda tetap aktif.
- Pilih sinyal di antara Anda berdua yang akan mendorongnya untuk berhenti menggigit.
- Berikan hadiah kecil. Buat kolom dan tandai saat anak berhasil tidak menggigit kukunya. Berikan hadiah kecil seperti sticker atau hal yang mereka sukai saat berhasil beberapa kali.
Saat kita masih anak-anak memang mungkin punya kebiasaan yang jorok, dan kita bertanya-tanya, kenapa kita masih sehat dan baik-baik saja ?
Namun, dengan berbagai perkembangan kesehatan lingkungan dan yang terbaru adalah pandemi COVID-19, kita perlu waspada dengan hidup sehat dan mengajarkannya sejak dini kepada anak. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati ?
Baca Juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini