Melatih Anak Berpikir Kritis: Apa Kesalahan yang Sering Dilakukan?

Mengajarkan anak berpikir kritis memang sebaiknya dimulai sejak anak usia dini. Namun, sudah tepatkah cara yang Parents lakukan untuk mengajarkan anak berpikir kritis? Jangan-jangan cara yang selama ini dilakukan ternyata belum sepenuhnya tepat.

Banyak literasi yang mengatakan bahwa pencapaian utama anak berpikir kritis adalah ketika anak mampu mengajukan pertanyaan. Sehingga pertanyaan dianggap sebagai kunci utama anak berpikir kritis.

Namun, bagaimana anak bisa mengajukan pertanyaan, jika bahkan anak tidak tahu apa yang harus ditanyakan? Nah, di sinilah peran utama orang tua. Orang tua harus mampu memancing anak untuk bertanya tentang segala hal.

Tak hanya itu, berpikir kritis juga berarti anak harus mampu memahami, menganalisa serta mengevaluasi semua informasi yang didapat oleh anak. Kemampuan berpikir kritis ini ternyata bisa dilatih melalui kegiatan sehari hari yang berkaitan dengan sains.

Kegiatan sains bukan hanya kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium dengan alat-alat praktikum lho. Kegiatan sains bisa saja Parents lakukan bahkan saat berada di tengah perjalanan menuju sekolah dengan si kecil. Misalnya ajak anak berbincang mengenai jalan tol yang sedang dilewati. Tanyakan apa saja sih yang berbeda dengan jalan biasa pada umumnya?

Apakah Parents Sudah Melatih Anak Berpikir Kritis Dengan Tepat?

Mungkin banyak dari Parents yang kurang sabar dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan anak. Beberapa bahkan langsung menunjukkan jawaban dari tiap pertanyaan anak. Ternyata cara seperti ini kurang tepat

melatih anak berpikir kritis

Apa saja sih kesalahan orang tua saat melatih anak berpikir kritis?

1. Menjawab Langsung Pertanyaan Anak

Alih-alih membiarkan anak berpikir lebih lama dan lebih kritis, kebanyakan orangtua justru langsung memberikan jawaban pada anak. Langkah ini justru bisa menghentikan anak mengobservasi lebih lanjut.

Akhirnya anak terbiasa mendapatkan segala informasi tanpa proses mencari. Dengan kata lain informasi yang didapat anak adalah dalam bentuk instan.

2. Menghentikan Pendapat Anak

Beberapa anak akan mulai berpendapat tentang segala sesuatu yang dilihatnya. Jangan khawatir, karena ketika anak melakukan hal tersebut, anak sedang melakukan analisa. Nah kemampuan analisa inilah yang akan membawa anak untuk berpikir kritis. Namun, alih-alih mendengarkan pendapat anak, banyak orangtua langsung memutusnya dengan memberikan pendapat orangtua sendiri.

3. Menghentikan Pertanyaannya

Anak memang sering kali bertanya. Saat pertanyaan satu dijawab, timbul pertanyaan lainnya. Nah, kebanyakan orangtua justru menghentikan pertanyaan anak karena anak dianggap cerewet atau banyak tanya.

4. Membatasi Apa Yang Anak Lakukan

Jangan begini, jangan begitu, jangan tambah banyak gula di jus jambu itu, jangan, jangan, jangan!”

Pernah melarang segala hal yang dilakukan anak? Larangan-larangan yang diberikan justru akan membatasi kreativitasnya. Anak tidak belajar apa-apa. Pada akhirnya anak pun tidak mampu berpikir kritis. 

5. Harus Selalu Benar 

Anak-anak melakukan kesalahan, dan itu adalah proses belajar. Orang tua yang selalu menghentikan anak ketika mereka melakukan satu kesalahan, sebenarnya menghambat prosesnya untuk belajar. Sebab, Anak tidak akan belajar dari kesalahannya. Padahal, dari kesalahan, anak-anak akan belajar untuk memperbaiki, dan mencari cara agar usahanya berhasil. 

Latihan  Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Anak

Tidak ada satu strategi yang paten untuk mendukung dan mengajari anak Anda cara berpikir kritis. Sebagai orang tua, peran Anda terkadang adalah mengajukan pertanyaan terbuka (open-ended question) untuk memandu proses berpikir. 

Dalam kasus lain, mungkin lebih tepat untuk membiarkan anak Anda bereksperimen dan menyempurnakan teorinya tentang apa yang menyebabkan sesuatu terjadi. Membimbing proses berpikir kritis anak Anda dapat berdampak positif pada keterampilan pemecahan masalahnya.

Berikut beberapa tips dan ide untuk membantu anak membangun landasan berpikir kritis:

  • Berikan kesempatan untuk bermain
  • Jeda dan tunggu
  • Jangan langsung campur tangan
  • Ajukan pertanyaan terbuka
  • Bantu anak mengembangkan hipotesis
  • Mendorong pemikiran kritis dengan cara baru dan berbeda

Akan ada situasi di mana Anda sebagai orang tua perlu turun tangan. Pada saat-saat ini, akan sangat membantu untuk mencontohkan pemikiran kritis Anda sendiri. 

Saat Anda mengerjakan proses pengambilan keputusan, ucapkan apa yang terjadi di dalam pikiran Anda. 

Anak-anak belajar dari mengamati bagaimana orang tuanya berpikir. Luangkan waktu untuk diskusi bersama anak ketika Anda mengambil sebuah keputusan untuk Anda sendiri,apa yang anda pikirkan dan apa saja pertimbangan Anda, dari situ ia akan mempelajari bagaimana caranya berpikir kritis terutama untuk pengambilan keputusan. 

  1. Latih Anak Berpikir Kritis: Ciptakan Generasi Milenial Bebas Hoax 
  2. Resiliensi : Ketahanan untuk Melewati Masa-masa Sulit
Bagaimana Menurut Anda?
+1
3
+1
3
+1
1
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket