Saat Anak Melihat Kedua Orangtua Bertengkar…

25 April 2021

Pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi dalam sebuah hubungan pernikahan adalah hal yang wajar. Ya, wajar bagi kedua pasangan, tapi tidak bagi anak-anak. Jika Anda dan pasangan merasa sedih saat bertengkar, ketahuilah anak-anak menjadi orang yang paling sedih melihat kedua orang tuanya bertengkar.

Loh,memangnya anak-anak sudah mengerti? Anak-anak yang masih sangat kecil mungkin tidak mengerti apa yang sedang terjadi, namun mereka memahami emosi Anda dengan baik. E. Mark Cumming, psikolog Universitas Notre Dame telah mempelajari permasalahan ini selama 20 tahun. Menurutnya, anak-anak memperhatikan emosi kedua orang tua mereka dan berpikir “Amankah berada di sini?”

Cumming juga menambahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi berusia 6 bulan sudah memahami emosi orang tuanya melalui raut wajah. Bayi mengerti saat Anda sedang sedih dan perasaan emosi lainnya. Penelitian lain menunjukkan bahwa, anak-anak yang kurang bisa menyesuaikan diri di sekolah (TK) adalah anak-anak yang tumbuh dengan konflik kedua orang tua. Anak-anak ini cenderung merasa tidak aman saat berada di sekolah. Perasaan ini pun berlangsung hingga anak memasuki SMP.

Apa Saja yang Terjadi dengan Anak-anak Ini?

Penelitian pada tahun 2002 oleh Rena Repetti, Shelley E, dan Teresa E. Seeman dari Universitas California, LA, mengenai anak-anak yang hidup dalam lingkungan keluarga tinggi konflik, menemukan fakta bahwa anak-anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga dengan tingkat konflik tinggi memiliki masalah kesehatan fisik, masalah emosional dan masalah sosial lainnya.

Tak hanya itu, saat anak-anak ini tumbuh dewasa, mereka cenderung mengalami depresi, reaktivitas emosional, ketergantungan zat adiktif tertentu, merasa kesepian dan memiliki masalah dengan keintiman.

Cumming menambahkan bahwa, anak-anak yang dibesarkan di keluarga tinggi konflik cenderung merasa putus asa, memiliki tingkat kecemasan tinggi, sering merasa marah. Beberapa anak lain juga mengalami gangguan tidur, sakit kepala, sakit perut. Tak jarang anak-anak tersebut mengalami stres yang dapat mengganggu kemampuan akademik di sekolah.

Seorang Antropolog Mark Flinn dan Barry England menemukan fakta bahwa, hormon kortisol (hormon pengatur stres) pada anak-anak yang tinggal dengan kedua orang tua sering bertengkar di pulau Dominika, Karibia meningkat tajam. Anak-anak ini juga sering sakit dan terlihat kelelahan karena kurang tidur. Sedangkan hormon kortisol pada anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih sayang cenderung menurun.

Hal Apa Saja Yang Mengganggu Anak Saat Melihat Orang Tua Bertengkar?

Banyak hal yang bisa dilihat dan dirasakan oleh anak-anak saat melihat kedua orang tua mereka bertengkar. Beberapa hal yang selalu mengganggu psikis anak menurut Cumming adalah

  • Kata-kata kasar saat memanggil nama pasangan termasuk penghinaan hal-hal tertentu.
  • Kekerasan fisik seperti memukul, mendorong atau menampar.
  • Salah satu pasangan melakukan walk-out (berjalan meninggalkan pasangan lainnya).
  • Saling menarik diri dari pasangan.

Ada kalanya sebagai orang tua justru memutuskan untuk diam dan tidak bertengkar di depan anak. Banyak orang tua yang menganggap hal tersebut lebih baik daripada membiarkan anak melihat pertengkaran. Namun, emosi yang masih ada di antara Anda dan pasangan tetap dirasakan oleh anak. Cumming mengatakan bahwa hal ini sama sekali tidak membantu.

Menurut Cumming, anak-anak adalah analis konflik yang paling canggih. Kemampuan anak mendeteksi emosi jauh lebih baik dari pada yang diperkirakan oleh orang tua. Misalnya, saat Anda dan pasangan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, padahal Anda sedang berkonflik, anak-anak mampu mendeteksi itu.

Bertengkarlah dengan Baik!

Memangnya ada cara bertengkar dengan baik? Ya, bertengkar dengan baik maksudnya adalah pertengkaran yang membawa dampak positif bagi anak. Dampak positif dari pertengkaran ini terjadi jika kedua orang tua bisa menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Sehingga anak belajar bahwa kedua orang tuanya memang saling mengasihi. Anak juga belajar tentang penyelesaian konflik melalui kedua orang tua.

Yang terjadi pada anak saat orangtua bertengkar

√ Katakan Jika Anda dan Pasangan Memang sedang Bertengkar

Menurut Richard Gallagher, Ph.D, direktur Institusi Parenting di pusat studi anak, Universitas New York, anak-anak perlu tahu bahwa bahkan pasangan yang bahagia dan saling mencintai pernah bertengkar atau memiliki perbedaan pendapat.

Jadi jangan berpura-pura tidak terjadi apa-apa di depan anak. Jelaskan pada anak bahwa konflik kecil sehari-hari itu wajar. Hal ini bukan berarti orang tua saling membenci. Tujuan menjelaskan pada anak adalah agar anak paham bahwa perbedaan pendapat adalah bagian dari kehidupan. Namun, tidak berarti bahwa Anda harus menjelaskan pertengkaran tersebut secara detail.

√ Jangan Biarkan Anak Menjadi Wasit

Pernah mendengar anak berkata, “Mama jangan marah-marah sama Ayah ya”. Jika pernah, ini adalah lampu merah bagi Anda dan pasangan. Segera hentikan pertengkaran. Anak tidak ingin memilih antara Ayah atau Mama. Anak juga tidak ingin menjadi penengah atau wasit dalam pertengkaran Anda dan pasangan. Anak hanya ingin gencatan senjata. Anak ingin kedua orang tua mereka rukun.

√ Peka Terhadap Tanda Stres Anak

Ya, anak memang bisa stres saat melihat kedua orang tuanya bertengkar. Oleh karena itu Anda perlu tahu tanda anak stres dan harus segera mengakhiri pertengkaran yang terjadi. Beberapa anak menunjukkan stres dengan menutup telinga atau mata mereka dan berlari ke ruangan lain saat melihat orang tua bertengkar. Anak lain mungkin menunjukkan sikap membela salah satu orang tua. Tanda stres lainnya bisa berupa sering sakit, seperti sakit kepala atau sakit perut.

√ Bertengkarlah dengan Mengandalkan Empati

Katakan pada pasangan bahwa Anda tahu perasaannya. Katakan bahwa Anda tahu kesulitan yang sedang dihadapi pasangan.

 Katakan Segala Sesuatu dengan Kebaikan

Apapun yang perlu dikatakan saat bertengkar, katakan dengan kebaikan. Jangan menyumpahi, atau memanggil nama pasangan dengan panggilan kasar atau penghinaan. Katakan segala sesuatu dengan kata-kata positif. Selain itu, jangan berbicara menggunakan fisik. Artinya jangan pernah bertengkar melibatkan pukulan atau tamparan. Apalagi saat Anda dan pasangan di depan anak.

 

Pertengkaran apapun pemicunya memang menimbulkan kesedihan. Tak hanya bagi Anda dan pasangan namun juga bagi anak. Beberapa hal tidak boleh Anda lakukan saat bertengkar dengan pasangan. Misalnya posting status di media sosial.

Pahami perasaan anak saat Anda bertengkar dengan pasangan. Jangan sampai pertengkaran yang terjadi terus menerus membawa dampak buruk bagi perkembangan jiwa dan kesehatan anak.

Baca Juga :

  1. Jangan Lakukan Hal Ini Ketika Bertengkar dengan Pasangan
  2. Depresi Pada Orang Tua Akan Berdampak Buruk Pada Anak
Bagaimana Menurut Anda?
+1
11
+1
2
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket