High Functioning Depression: Depresi Yang Sulit Dideteksi, Mungkin Anda juga Mengalami

14 Maret 2023

Sinta (35) tahun, seorang Ibu yang bekerja, selalu menghabiskan waktunya dengan berbagai macam aktivitas setiap harinya. Mulai dari mengurus keperluan anak, suami, pekerjaan kantor, hingga tak lupa masih menyempatkan diri bersosialisasi dengan teman-teman sekantor. Tak ada yang aneh jika seseorang melihat aktivitas yang dilakukan oleh Sinta setiap harinya. Ia masih sangat terlihat bahagia, tertawa, dan sering bercanda dengan anak-anak dan suaminya. Semua nampak wajar di mata orang lain.

Namun, tak begitu bagi Sinta. Entah mengapa beberapa hari belakangan ini dia merasakan hal berbeda. Ia merasa sangat hampa. Anehnya, rasa hampa yang dirasakan oleh Sinta, bukan karena ia merasa sedih atau marah. Sinta bahkan merasa tidak ada hal yang benar-benar membuatnya sedih karena keluarga, karir dan kehidupan pertemanannya nampak baik-baik saja dan cenderung tidak ada masalah berarti.

Pada awalnya Sinta merasa hal ini mungkin karena kelelahan semata dan akan hilang setelah ia tidur atau cukup beristirahat. Namun ternyata perasaan hampa yang dirasakannya terus muncul hingga berbulan-bulan. Sinta bahkan tidak tahu, apa yang sedang terjadi pada dirinya, hingga salah satu teman dekatnya mengatakan bahwa mungkin dirinya sedang mengalami depresi.

Benarkah Demikian?

Apa yang dialami dan dirasakan oleh Sinta mungkin juga sedang Anda alami saat ini. Merasa bahwa, karir, keluarga dan kehidupan sosial Anda terlihat baik-baik saja atau malah sedang luar biasa, namun jauh dalam lubuk hati Anda justru merasa hampa. Kondisi seperti ini juga dialami oleh Caroline Shannon-Karasik, seorang penulis dan aktivis asal Amerika Serikat seperti yang dilansir dari dari tirto.id.

Dalam esainya, Karasik mengaku bahwa dirinya pernah mengalami depresi di sebagian besar masa dewasanya. Namun demikian, Karasik mengaku ia masih sangat produktif dan menjalani aktivitas layaknya orang “normal” lainnya.

Karasik menjelaskan bahwa depresinya seakan hilang saat ia sedang menjalani aktivitas, namun kembali muncul saat ia selesai dengan rangkaian aktivitas sehari-harinya.

Para ahli pun menggolongkan apa yang dialami oleh Sinta dan Karasik termasuk ke dalam high functioning depression (HFD).

Apa itu High Functioning Depression (HFD)?

HFD sendiri adalah sebutan bagi seseorang yang mengalami depresi ringan dan tidak tergolong dalam gangguan mental definitif. HFD memang tidak tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, yaitu buku panduan bagi seseorang yang berprofesi dalam bidang kesehatan mental.

Para ahli menggunakan istilah HFD untuk menggolongkan seseorang dengan gangguan kecemasan, keletihan dan gangguan suasana hati. Biasanya, seseorang yang mengalami HFD merasa tidak bahagia tapi belum sepenuhnya tergolong seseorang yang mengalami depresi.

Bagaimana Mendeteksi HFD?

Tidak ada tes khusus untuk mendeteksi HFD pada seseorang karena HFD tidak tergolong dalam gangguan mental definitif. Satu-satunya hal yang bisa menggolongkan seseorang sedang mengalami HFD ada diagnosa secara subjektif yang dilakukan oleh para ahli kejiwaan (psikolog). Menurut Prof. Steven Huprich dari University of Detroit Mercy, salah satu tanda seseorang mengalami HFD adalah saat ia merasakan ada perasaan negatif yang mempengaruhi kesehariannya.

 

Jangan Remehkan HFD!

Meskipun tergolong depresi ringan, HFD bisa berkembang menjadi depresi yang lebih kronis jika dibiarkan tanpa penanganan. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami HFD perlu melakukan rangkaian treatment seperti para penderita depresi lainnya. Rangkaian treatment ini tentunya dalam pengawasan psikolog dan para ahli kesehatan mental lainnya.

Sayangnya, kecenderungan masyarakat yang menganggap bahwa seseorang yang memeriksakan diri ke psikolog adalah hal yang memalukan, ternyata masih sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan penderita HFD merasa ragu dan enggan meminta bantuan psikolog. Penderita HFD bahkan enggan bercerita pada keluarga terdekatnya, sehingga pada akhirnya depresi ringan ini menjadi lebih berat.

Dilansir dari situs vice.com, seorang profesor psikologi dan pediatri dari UCLA, Michelle Craske mengatakan bahwa, tanda atau gejala depresi yang dialami oleh seseorang sangat bervariasi. Itulah mengapa kita tidak boleh meremehkan gejala dari suatu depresi, khususnya seseorang yang mengalami HFD.

Apa Saja Tanda Awal Penderita HFD?

  • Mulai Menolak Aktivitas Sosial

Tanda awal seseorang mengalami HFD adalah ia mulai menolak melakukan aktivitas sosial, misalnya pergi dengan teman. Menurut Jason Stamper, MD, seorang psikiatri di Pikeville, Kentucky, pada Reader Digest  mengatakan bahwa seseorang yang mengalami HFD tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa. Seperti pergi ke kantor dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, setelah pulang kerja, penderita HFD mungkin tidak ingin lagi pergi keluar (hangout) bersama dengan teman-temannya. Kebanyakan penderita HFD memberi alasan bahwa pekerjaannya sangat berat dan melelahkan sehingga ia ingin beristirahat dan tidak bisa pergi bersama teman-teman.

  • Adanya Gangguan Kesehatan Lainnya

Seseorang yang mengalami gangguan kesehatan lain, seperti diabetes, kanker, jantung atau kesehatan lainnya yang termasuk penyakit berat bisa saja memicu seseorang menderita HFD. Di sisi lain, depresi seperti HFD juga bisa menyebabkan kesehatan seseorang terganggu dan rentan terhadap penyakit tertentu.

  • Perubahan Kebiasaan Tidur

Tanda selanjutnya seseorang menderita HFD adalah perubahan kebiasaan tidur. Jika sebelum menderita HFD, seseorang tidak pernah mendengkur saat tidur, saat ia menderita HFD kemungkinan ia bisa saja mendengkur.

 

Baca juga:

  1. Terlalu Narsis Ternyata Masuk Kategori Gangguan Jiwa!
  2. Siaga Masalah Kejiwaan Pada Lansia

Tentunya, mendengkur atau tidak bukan patokan seseorang menderita HFD atau tidak. Hal yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa, adanya perubahan kebiasaan tidur. Tidak bisa tidur juga bisa menjadi salah satu tanda seseorang menderita HFD, jika ia tergolong orang yang mudah sekali tidur sebelumnya.

  • Merasa Lebih Cemas dan Khawatir

Seseorang yang menderita HFD biasanya merasa lebih cemas dan khawatir. Rasa cemas dan khawatir ini bukan hanya berasal dari rasa takut, namun juga bisa berasal dari hal lainnya yang tidak bisa dijelaskan. Biasanya seseorang akan mudah merasa cemas tanpa tahu hal yang membuatnya cemas.

  • Sering Merasa Sedih dan Hampa

Penderita HFD memiliki anda lain seperti rasa sedih dan hampa. Rasa sedih dan hampa ini sebenarnya tidak perlu dialami mengingat penderita HFD kebanyakan adalah seseorang yang sukses dalam hal karir dan keluarga. Inilah yang sering membuat penderita HFD merasa bingung dari mana asal kesedihan dan rasa hampa tersebut.

  • Mulai Mengikuti Keinginan Pribadi

Seseorang yang merasa stres lebih sering melakukan hal sesuai dengan kehendaknya. Seperti melampiaskannya dengan banyak makan atau melakukan hal lain untuk menyembuhkan rasa stres yang sedang dihadapi. Hal yang demikian juga dirasakan bagi penderita HFD. Para penderita HFD akan mengalami beberapa tanda, misalnya lebih sering minum-minuman keras, merokok, bermain game berlebihan, dan aktivitas lainnya yang dianggap bisa mengurangi depresi seseorang.

  • Anda Termasuk Sosok yang Berpendidikan

Tanda penderita HFD yang paling sering muncul adalah bahwa kebanyakan penderita HFD merupakan sosok yang berpendidikan, sehingga kebanyakan memiliki karir yang bagus dan menduduki jabatan yang penting dalam hal pekerjaan. Sayangnya, karir dan jabatan yang penting inilah yang seringkali membuat seseorang menderita HFD.

  • Menjadi Pemarah

Penderita HFD seringkali menjadi pemarah. Sikap penderita yang mulai berubah menjadi pemarah ini biasanya sering dipertanyakan oleh keluarga atau teman terdekat.

  • Memiliki Sejarah HFD Sebelumnya

Para ahli sepakat bahwa untuk mengetahui seseorang menderita HFD, maka perlu dilakukan observasi secara keseluruhan, termasuk apakah ada riwayat keluarga yang juga menderita HFD sebelumnya. Para ahli berpendapat bahwa, dengan mengetahui riwayat kesehatan keluarga, maka penderita HFD akan semakin cepat didiagnosa dan disembuhkan.

  • Orang Lain dan Keluarga Menilai Anda Baik-Baik Saja

Tanda seseorang menderita HFD memang sulit dideteksi, sehingga kebanyakan teman atau keluarga penderita menganggap perubahan sikap yang dialami penderita adalah hal yang wajar dan masih dalam taraf yang normal. Sayangnya, semakin lama kondisi ini dibiarkan maka semakin parah tingkat depresi seseorang.

HFD merupakan depresi ringan yang bisa dialami oleh siapa saja. Penderita HFD pun sangat sulit terdeteksi karena pertanda yang timbul biasanya dianggap wajar atau normal bagi orang lain. Nah, beberapa pertanda di atas bisa digunakan sebagai referensi bagi Anda untuk mengetahui apakah Anda termasuk penderita HFD atau bukan. Pastikan kesehatan mental Anda, suami dan anak-anak tetap terjaga dengan baik. Segera hubungi psikolog jika Anda merasakan perubahan dalam diri Anda, seperti kesedihan atau rasa hampa yang terus menerus dirasakan.

Bagaimana Menurut Anda?
+1
5
+1
10
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket