“Maaf Nak, Ayah Dipecat” : Bagaimana Menjelaskannya pada Anak?

Pandemi merenggut segalanya. Orang terkasih, waktu kebersamaan dengan keluarga jauh, hingga pekerjaan. Mungkin, anda salah satu dari sekian banyak orang di luar sana yang kehilangan pekerjaan saat ini. 

Berat dan terpukul, sudah pasti dirasakan akibat situasi ini. Terlebih jika ada mulut-mulut mungil yang harus diberi susu dan makan. Tak ada yang bisa diperbuat selain, berusaha mencari pekerjaan lainnya. Namun, bukan hanya itu saja. Tantangan lain yang Anda hadapi adalah bagaimana menjelaskan situasi ini pada anak? 

Haruskah Anda mengatakan “Maaf nak, Ayah Dipecat?” 

Tantangan inilah yang sering luput dari kita, yaitu menjelaskan pada anak bahwa keuangan keluarga sudah berubah. Bahwa, motor/mobil yang biasa digunakan untuk jalan-jalan sekarang harus dijual demi menyambung hidup, bahwa playstation mereka juga harus jadi korbannya, dan bahwa anak-anak mungkin harus pindah ke sekolah yang lebih murah, meninggalkan teman-temannya. 

Cara menjelaskan  pada Anak bahwa Anda kehilangan pekerjaan:

1. Jangan Berbohong 

Segera setelah Anda tahu bahwa dengan kehilangan pekerjaan akan berdampak pada kehidupan anak, maka jangan pernah berbohong. Sebaiknya, segera jelaskan pada anak. Judith Mayer Walls, seorang profesor perkembangan anak dan keluarga di Universitas Purdue bahkan mengatakan bahwa, “cukup bahaya, jika Anda menganggap anak-anak tidak memperhatikan perubahan yang terjadi”.

Anak usia sekolah pasti curiga saat Ayahnya masih bersantai mengenakan baju tidur di pagi hari. Ia bisa saja mendengar rumor dari tetangga Anda. Jadi, jangan biarkan anak mengetahui berita tersebut dari orang lain. 

2. Jelaskan dengan Jujur dan Sederhana

Anak mungkin saja tidak bisa mengerti kenapa Ayahnya kehilangan pekerjaan. Atau bahwa perusahaan tempat Ayah bekerja tutup, sedangkan perusahaan yang lain tidak. Untuk menjelaskan hal ini, katakan pada anak dengan jujur dan Sederhana. 

Misalnya, perusahaan Ayah tidak punya cukup uang untuk menggaji Ayah. Jadi sekarang Ayah akan mencari pekerjaan lainnya. 

3. Hindari Emosi saat Anak Mulai Membandingkan dengan Ayah Lain

Anak usia sekolah seringkali sudah cukup kritis membaca situasi. Bisa saja dia membandingkan Anda dengan Ayah temannya. Misalnya, “tapi Ayah Brian tidak dipecat, memangnya Ayah salah apa?”

Anda bisa menjawab, “Ayah senang Ayah Brian tidak dipecat. Ayah tahu kamu sedih, ini berat untuk kita semua. Tapi, hal ini terjadi pada banyak orang, dan seperti orang lainnya kita juga harus punya rencana baru. Semuanya akan baik-baik saja, Nak.”

4. Fokus pada hal-hal yang berubah dalam kehidupan anak

Anak usia sekolah, seperti usia 8 tahun akan lebih sensitif dengan hal-hal yang mempengaruhi rutinitasnya. Seperti, apakah dia masih bisa ikut les sepak bola? Apakah dia masih bisa sekolah di tempat yang sama?

Jika kehilangan pekerjaan membuat banyak perubahan pada rutinitas anak, maka jangan ragu untuk menjelaskannya pada anak. Jelaskan apa saja yang berubah dan apa saja yang tidak berubah. Anda bisa fokus dengan hal-hal yang lebih menyenangkan. Sebagai contoh, jika keluarga kecil Anda terbiasa makan malam di luar saat akhir pekan, namun karena situasi ini, Anda harus menekan kebutuhan keluarga maka katakan “sekarang setiap akhir pekan kita bisa membuat pesta kecil dan makan malam santai di halaman belakang rumah”.

5. Jelaskan bahwa ini bukan salah anak

Seperti yang sudah disebutkan bahwa anak usia sekolah pasti lebih kritis dan mulai mencari siapa yang salah sehingga Anda kehilangan pekerjaan. Bisa saja anak berpikir bahwa semua ini kesalahannya. Andai saja ia bersikap lebih baik dan tidak nakal, Ayah tidak akan kehilangan pekerjaan. Nah, sebaiknya jangan sampai anak berpikir ke arah sana. Jelaskan padanya bahwa, kadangkala seseorang memang bisa kehilangan pekerjaan, dan ini bukan salah siapa-siapa.

Cara jelaskan pada anak bahwa Anda kehilangan pekerjaan

6. Hindari menjanjikan  sesuatu yang sulit Anda wujudkan

Anda mungkin akan mengatakan pada anak bahwa dalam 1 bulan Ayah akan mendapatkan pekerjaan, atau 1 bulan lagi kamu bisa ikut les sepak bola. Tujuannya, agar anak lebih tenang. Namun, bagaimana jika proses ini berjalan lebih lama? Tentu, anak merasa dikhianati. 

Prof. Mayers-Walls menyarankan, lebih baik katakan bahwa Anda sedang berusaha yang terbaik, dan semoga semuanya segera kembali normal.

7. Dengarkan Pertanyaannya 

Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya. Anda akan takjub dengan apa yang dia pahami, dan mungkin ada beberapa hal yang perlu Anda klarifikasi. Inilah kesempatan baik bagi Anda untuk mengetahui apa yang menjadi kekhawatirannya. Sehingga, Anda tahu apa yang perlu dilakukan selanjutnya untuk menenangkan anak. 

Pertanyaan Kritis yang mungkin ditanyakan anak-anak:

“Dipecat itu apa sih?”

Jika Anda belum sempat menjelaskan kata ini sebelumnya. Maka jelaskan pada anak, bahwa dipecat/kehilangan pekerjaan adalah saat seseorang yang bekerja dan digaji, sudah tidak bisa bekerja dan tidak memperoleh gaji lagi. 

“Apakah Ayah melakukan kesalahan?”

Anak usia sekolah Anda seringkali penasaran kenapa semua ini terjadi dan bertanya kesalahan apa yang telah diperbuat Ayahnya. Sampai di tahap ini, jelaskan bahwa “tidak ada yang salah nak, hanya saja sekarang orang-orang sudah jarang membeli banyak mobil, jadi Ayah mencari pekerjaan baru.” Atau, gunakan penjelasan lebih umum. Misalnya, “orang-orang saat ini sering mencari pekerjaan baru.”

“Kenapa kita harus menjual motor/mobil?”

Anak mungkin kecewa tidak lagi memiliki motor/mobil, atau mungkin saja tetangga dekat sering membahas hal ini. Untuk itu, jelaskan pada anak bahwa “maaf nak, Ayah juga berharap kita tidak menjualnya, tapi rasanya sulit. Tapi, kita masih memiliki playstation, jadi masih bisa bermain di rumah.”

“Apakah kita masih bisa pergi ke taman bermain?”

Anda bisa menjawab, “tentu, kadangkala kita masih bisa pergi ke taman bermain, tapi mungkin tidak sesering dulu. Sebagai gantinya, kita masih bisa pergi ke rumah Nenek dan Kakek.”

Kehilangan Pekerjaan bagi seorang Ayah, adalah pukulan yang berat untuk semua orang, tak terkecuali bagi anak. Menjelaskan dengan sederhana dan menenangkan anak juga perlu Anda lakukan, selain tentunya mencari pekerjaan baru. 

Baca Juga:

1. Resign Setelah Melahirkan 

2. Pengaruh Jam Kerja pada Tumbuh Kembang Anak

Bagaimana Menurut Anda?
+1
1
+1
0
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket