Oral Sensory Seeking, Ketika Anak Suka Menghisap dan Mengunyah

Apakah bayi Anda kerap memasukkan barang ke mulut atau menghisap jempol? Atau memasukkan baju, mainan, atau bahkan ujung selimut ke mulut? Ini adalah aktivitas yang disebut sebagai Oral Sensory Seeking.

Aktivitas ini adalah sesuatu yang normal bagi bayi. Menghisap atau memasukkan barang ke mulut adalah aktivitas yang menenangkan dan memberikan kepuasan bagi mereka.

Ini menjelaskan mengapa kempeng (dot) bekerja sangat baik untuk membantu menenangkan bayi yang merengek. Mengisap juga merupakan refleks bertahan hidup yang penting untuk belajar makan.

Seiring bertambahnya usia, bayi kemudian menggunakan mulut mereka untuk menjelajahi dunia. Sangat normal bagi anak-anak untuk memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut mereka antara usia 18-24 bulan. Ini membantu perkembangan motorik sensorik dan membantu mereka untuk belajar lebih banyak tentang suatu objek, seperti seberapa besar, seberapa keras atau lunaknya, dan bentuknya.

Bagi anak bayi, mulut berfungsi seperti sepasang mata kedua, memberikan otak informasi tambahan tentang benda-benda di dunia. Perilaku ini biasanya berkurang di usia 18 bulan tetapi bisa saja berlanjut sampai usia 2 tahun.

Bagaimana kalau perilaku ini berlanjut sampai usia setelah itu?

Coba amati perilaku berikut:

  • Memasukkan mainan ke dalam mulut mereka sambil dihisap dan dikunyah
  • Mengunyah atau mengisap kerah atau lengan baju mereka
  • Memasukkan pangkal pensil ke mulut
  • Mengunyah potongan kertas
  • Mengisap ibu jari atau menggigit kuku

Ingat perilaku ini sangat normal pada anak di bawah usia 2 tahun, frekuensi juga dapat meningkat ketika anak-anak sedang tumbuh gigi. Namun, melewati usia 2 tahun orang tua perlu mencari penyebabnya.

 

oral sensory seeking adalah

 

Penyebab anak kerap menghisap dan mengunyah

1. Anak mengalami keterlambatan perkembangan

Anak-anak di bawah usia  2 tahun menggunakan mulut sebagai alat untuk menjelajahi objek dan dunia mereka. Namun jika anak sudah berusia lebih dari 2 tahun dan masih terus menggunakan mulut untuk alat sensori, bisa jadi ini adalah tanda ada keterlambatan dalam perkembangan. Ini artinya otak mereka masih memproses informasi pada tingkat usia yang jauh lebih muda. Mereka masih bekerja dalam tahap perkembangan sensorimotor.  Anak-anak dengan tanda perilaku tersebut membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk berkembang melewati tahapan ini.

2. Sebagai cara self control atau menenangkan diri

Aktivitas seperti menghisap jempol memang sangat menenangkan. Ini adalah cara yang digunakan bayi untuk membantu menenangkan dirinya sendiri. Beberapa anak terus menggunakan strategi ini bahkan ketika mereka lebih besar. Ini bisa menjadi tanda bahwa anak Anda sedang kesal, lelah, atau kewalahan. Ini juga bisa menjadi indikator bahwa mereka tidak memiliki cara lain atau coping mechanism yang tepat untuk mengatasi emosinya. Coba ajarkan langkah ini pada anak untuk mengatasi emosinya.

3. Anak mengalami overload sensory

Sensory overload terjadi ketika anak atau orang dewasa mengalami terlalu banyak input sensorik dari lingkungan mereka, ini juga dialami oleh anak-anak yang memiliki sensory processing disorder. Otak mereka menjadi kewalahan oleh banyaknya informasi yang harus mereka proses. Oleh karena itu, mereka menggunakan oral sensory untuk membantu pengaturan diri. Mengunyah dan mengisap membantu menenangkan diri sehingga ini adalah strategi yang digunakan anak-anak dan orang dewasa untuk membantu menenangkan diri jika mereka mengalami kelebihan sensorik. Karena rahang adalah salah satu otot yang paling kuat dalam tubuh manusia, mengunyah memberi otak masukan sensorik proprioseptif yang besar.

Ini juga sebab beberapa orang mengunyah makanan tertentu seperti permen karet atau chips ketika mereka stres atau cemas.

4. Memiliki masalah dengan gigi

Dalam beberapa kasus, anak mungkin memiliki masalah dengan giginya. Mungkin gigi dewasa mereka terpotong. Namun, itu juga bisa menjadi tanda pembusukan, atau infeksi gigi. Jika hal ini dicurigai, anak harus memeriksakan diri ke dokter gigi.

5. Sindrom Pica 

Anak-anak atau orang dewasa dengan sindrom Pica memasukkan benda-benda yang bukan makanan, ke dalam mulut mereka. Ini bisa apa saja mulai dari puntung rokok, hingga Lego, tanah, atau koin. Anak-anak ini tidak membedakan barang yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan. Penelitian menunjukkan bahwa antara 4% sampai 26% orang dengan kesulitan belajar menunjukkan tanda sindrom Pica, dan semakin rendah kemampuan belajarnya, semakin tinggi ia menunjukkan tanda sindrom Pica. Penelitian dari National Autism Society menunjukkan Pica juga bisa disebabkan masalah sensory, perilaku, pola makan dan masalah medis.

Baca Juga :

  1. Apakah Bayi Saya sedang Lapar? Ini Tanda-Tandanya
  2. Perilaku Anak Sesuai Usia dan Perkembangan Otak

Kapan perilaku menghisap dan mengunyah ini jadi masalah?

Ketika perilaku oral sensory seeking yang dilakukan anak setelah usia 2 tahun diketahui membantu mereka untuk tenang menenangkan diri, ini bisa jadi hal yang cukup positif.

Namun, perilaku tersebut dapat menjadi masalah jika anak tidak fokus ketika mereka mengunyah atau mengisap barang dan karena itu mereka jadi tidak fokus atau menjadi distraksi saat di kelas.

Perilaku ini juga bisa jadi masalah bagi beberapa anak karena mereka bisa mengalami ruam di sekitar mulut mereka,atau pun masalah kesehatan lain karena bakteri dan virus lebih rentang masuk ke tubuh akibat perilaku ini.

Beberapa anak juga akhirnya merusak pakaian, pensil atau barang-barang lain karena mereka kerap mengunyah atau menghisapnya. Seiring bertambahnya usia anak, hal ini juga bisa menjadi masalah karena membuat mereka “berbeda” dari  teman sebayanya, hingga memicu perilaku bullying dan masalah kepercayaan diri anak.

Apa yang bisa dilakukan orang tua?

Sebagian besar perilaku oral sensory seeking seperti mengunyah dan menghisap adalah cara anak untuk mencari cara untuk menenangkan diri maupun mengatasi emosinya. Jadi, ketika anak sudah belajar untuk menenangkan diri dengan cara lain, ia akan perlahan meninggalkan perilaku tersebut.

Namun, jika orang tua menemukan tanda bahwa perilaku ini adalah bagian dari keterlambatan perkembangan atau masih kebingungan untuk mencari penyebabnya, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional agar ditemukan penyebab pasti dan cara mengatasinya.

Bagaimana Menurut Anda?
+1
8
+1
9
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket